Thursday, December 2, 2010

Asmirandah : Enggan Menjadi Artis Infotainmen


Sudah empat tahun lamanya Asmirandah menekuni dunia akting dan hiburan dengan segala totalitas dan profesionalisme yang dimulikinya. Meskl begitu, bungsu dari tiga bersaudara pasangan M. Tarmizi dan Ny. Sani Susilawati ini menyadari, apa yang diraihnya saat ini tak lepas dari faktor keberuntungan.

Kepada Rahayu Setiowati dari C&R, yang menemuinya di lokasi syuting sinetron Sekar, di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (15/11) sore, artis yang gemar melukis ini berceloteh hangat tentang perjalanan kariernya di dunia seni peran. Berikut petikannya.

Kabarnya meski sudah menjadi artis, Anda tidak mengubah gaya hidup dan kebiasaan?

Iya memang. Masak di lokasi syuting sudah berakting, di rumah juga harus berakting, sih? Capek, kan? Aku ingin daiam keseharian orang melihatku sebagai Asmirandah yang apa adanya. Yang tomboi dan enggak jaim (jaga imej-Red). Aku, kan, orang Betawi. Biasa ceplas-ceplos kalau ngomong. Masih suka makan sayur asam, ikan asin, dan sambai terasi. Juga makan petai cina. Asyik kan, hahaha.

Bagaimana Anda harus beradaptasi antara keseharian dengan tuntutan peran?

Mungkin karena didikan kedua orang tuaku yang menanamkan anak-anaknya harus selalu kuat dan tidak cengeng, malah membentukku jadi tomboi. Tapi, sikapku yang seperti ini, kan, tidak merugikan orang lain, jadi untuk apa diubah. Sementara kalau sikap dan gaya feminin itu bentuk tanggung jawab dan sikap profesionalku sebagai seorang pemain sinetron. Meski aku tidak enjoy seperti ketika harus mengenakan rok mini, tapi aku harus jalani. Namun, justru hal itu pelan-pelan malah terbawa dalam kehidupan pribadiku. Aku muiai lebih memperhatikan penampilan.

Meski tomboi, Anda tetap jago masak?

Pasti, dong! Kata mamaku, bagaimanapun juga seorang wanita nantinya akan lari ke dapur dan menjadi ibu rumah tangga. Dengan begitu, sedini mungkin mama sudah mengajarkan pada anak-anaknya untuk bisa memasak dan mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan membersihkan lantai.


Benarkah karier Anda tergolong instan?

Alhamdulillah. Tapi, aku menyebutnya lucky alias keberuntungan. Karena banyak orang yang untuk mendapatkannya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sementara, aku tidak lebih dari satu tahun sudah mendapat peran yang cukup besar dalam sebuah judul sinetron. Selain itu, aku juga enggak sempat mengikuti casting yang harus ngantre dan berkompetisi dengan ratusan orang.


Bagaimana antisipasi Anda agar pamor tak cepat menurun?

Kalau kita bisa menjaga apa yang telah kita raih dengan sebaik-baiknya, aku yakin, kesempatan itu masih akan terus bersama kita. Meski instan mendapatkannya, kalau dirawat benar, popularitas kita enggak akan turun secara instan pula. Aku selalu berusaha meningkatkan kualitas akting. Aku enggak bosan dan malu untuk bertanya dan meminta masukan dari berbagai pihak tentang aktingku. Selain itu, aku berusaha untuk mengurangi pemberitaan di luar karier dan pekerjaanku. Misalnya, membatasi wawancara tentang masalah pribadi. Takut masyarakat bosan, kan. Jadi bintang enggak selamanya, kok. Tapi, jadi pekerja seni bisa awet. Dan, aku memilih itu. Aku mau jadi sutradara atau pemahat atau pelukis.


Lho, bukannya gosip malah bisa melambungkan nama artis pendatang baru?

lya, sih. Tapi, yang terekspos lebih pada gosip atau berita tentang pribadinya, bukan tentang karya atau prestasinya. Itu namanya artis infotaimen doang tapi enggak ada prestasi hehehe.... Aku enggak mau seperti itu.


No comments:

Post a Comment